BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan laporan kesehatan dunia tahun 1997,
diperkirakan tren penyakit akan bergeser
ke arah penyakit
degeneratif, salah satunya
adalah penyakit kardiovaskular dengan
angka kematian mencapai 30% dari seluruh kematian didunia
sekaligus penyebab tersering kematian di dunia saat ini. Pergeseran
tren penyakit
infeksi menjadi penyakit degeneratif juga terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil SKRT
tahun 1995, 2001 dan 2004. Salah satu dari masalah kardiovaskuler yang muncul
adalah gagal jantung. Gagal jantung, terutama Gagal Jantung Akut (GJA),
merupakan masalah yang sedang berkembang dan melibatkan lebih dari 20 juta
individu di seluruh dunia. Keseluruhan prevalensi gagal jantung pada populasi
dewasa di negara maju mencapai 2%, yang
mengikuti pola eksponensial, meningkat seiring dengan usia, dan mempengaruhi 6-10%
individu lebih dari 65 tahun. Meskipun insiden relatif gagal jantung lebih rendah
pada wanita dibanding pria, namun wanita mendapat paling tidak setengah dari
kasus gagal jantung karena angka harapan hidup wanita lebih panjang.
Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal
jantung, namun pada Survei Kesehatan Nasional (SurKerNas) 2003 dikatakan
bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian uama di Indonesia
(26,4%) dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit
jantung berada diurutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia.
Selain gagal jantung, mortalitas dari penyakit
kardiovaskuler juga banyak disebabkan oleh aritmia. Aritmia memiliki insidens yang tinggi sebagai penyebab kematian mendadak (sudden
death) pada populasi berumur 40-50 tahun di
negara maju. Tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2001,
450.000 meninggal karena aritmia. Hubungan antara gagal
jantung dengan aritmia masih kontroversial. Salah satu penelitan mengatakan
gagal jantung sendiri dapat menjadi faktor determinan penting dalam
meningkatkan risiko kematian mendadak
(sudden death) akibat aritmia di
luar rumah sakit. Studi di Madrid menyebutkan aritmia meningkatkan angka mortalitas di rumah
sakit pada pasien gagal jantung akut. Penelitian lain menyimpulkan hal yang berlawanan, di mana
pengendalian aritmia pada
pasien gagal jantung tidak menurunkan mortalitas secara bermakna. Selain itu, hasil
penelitian di Norwegia menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aritmia
dengan peningkatan angka mortalitas
pada pasien gagal jantung. Mortalitas pasien gagal jantung di rumah sakit juga
dikatakan lebih dipengaruhi oleh kelas dari gagal jantung, bukan dari aritmia.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana Askep pada pasien dengan gangguan Distritmia/Aritmia?
1.3.Tujuan
1.3.1.1.Tujuan Umum: agar mahasiswa keperawatan yang sebagai calon perawat dapat
mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis disritmia/Aritmia.
1.3.1.2.Tujuan Khusus :
·
Mengetahui konsep penyakit (definisi)
·
Mengetahui etiologi
·
Mengetahui manifestasi klinis
·
Mengetahui petofisiologi
·
Mengetahui pemeriksaan klinis
·
Mengetaui penatalaksaan
·
Mengetahui prognosis dan klomplikasi
·
Mengetahui konsep Askep
·
Dapat menganalisa dari kasus
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISRITMIA
2.1. Pengertian
Disritmia/aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi
atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan
bukan struktur jantung. Disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.
Aritmia
merupakan abnormalias kecepatan jantung (ritmi). Aritmia merupakan gangguan
daya atau konduksi impuls listrik di dalam jantung.
2.2. Etiologi
Disritmia dapat muncul apabila terjadi
ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan dapat
terjadi akibat aktivitas normal seperti latihan atau kondisi patologis seperti
infark miokard yang dapat meningkatkan ekstabilitas.
Sebab
– Sebab Aritmia Jantung
-
Pemakaian obat – obatan antara lain oleh digitalis,
quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
-
Alkohol yang berlebihan
-
Kadar hormon tiroid yang berlebihan
-
Tingkat oksigen darah yang rendah
-
Stress
-
Merokok
-
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik,
peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
-
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner
atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
-
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalemia)
-
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
-
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
-
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
-
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
-
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor
jantung
-
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi
(fibrosis sistem konduksi jantung)
2.3. Manistefasi Klinis
- Pusing.
- Kelelahan.
- Nyeri dada.
- Berdebar-debar.
- Demam.
- Batuk.
- Nafas pendek.
- Anoreksia.
2.4. Patofisiologi
Disritmia
diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu infark miokard. Infark
miokard menyebabkan kurang efektifnya otot jantung untuk memompakan darahnya,
kemudian mengakibatkan penurunan cardiak output. Penurunan cardiak output ini
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan yang ditandai dengan kulit dingin,
pucat, cianosis, nadi dan respiratori rate (RR) menjadi meningkat. Selain itu,
penurunan perfusi jaringan juga mengakibatkan penurunan kontruksi jantung.
Penurunan kontruksi jantung menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah juga akan
menurun, kemudian menyebabkan penurunan tekanan darah, akhirnya akan
menyebabkan kerusakan otot jantung dan mengakibatkan gangguan transmisi impuls
dan akan mengakibatkan disritmia.
Gangguan irama
jantung (aritmia) merupakan jenis komplikasi yang paling serign terjadi pada
infark miokardium di mana insidennya sekitar 90 %.
Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan ini
bermanifestasi dengan perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman grafik
aktifitas listrik sel. Misalnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan
depolarisasi spontan, dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Secara
klinis, diagnosis aritmia berdasarkan pada interpretasi elektrokardiogram.
Kecepatan denyut jantung normal berkisar antara 60 – 100 denyutan/menit (DPM).
Kecepatan
denyut jantung di bawah 60 DPM dinamakan bradikardia, sedangkan takikardia
manyatakan kecepatan denyut jantung lebih dari 100 DPM. Kedua kelainan
kecepatan denyut jantung ini dapat mempengaruhi fungsi jantung. Karena kecepatan
denyut jantung merupakan penentu utama dari curah jantung (curah jantung =
frekuensi denyut jantung x curah sekuncup), maka pengurangan/peningkatan
berlebih pada kecepatan denyut jantung dapat mengurangi curah jantung.
Takikardia
mengurangi curah jantung dengan memendekkan waktu pengisian ventrikel dan curah
sekuncup, dan bradikardia mengurangi curah jantung dengan mengurangi frekuensi
ejeksi ventrikel. Karena curah jatnung turun, tekanan arteria dan perfusi
perifer berkurang. Lagipula takikardia dapat memperberat iskemia dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium, sementara juga mengurangi lama waktu
diastolic, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar, dan dengan demikian
mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.
2.5. Penatalaksanaan Medis
Curah jantung dapat
dijaga dengan mengontrol episode disritmia. Pemberian pengobatan ditangani
secara cermat sehingga kadar darah serum konstan dapat dipertahankan sepanjang
waktu. Pada pasien rawat inap dengan disritmia yang mengancam, strip irama
harus sering dianalisa untuk mengetahui adanya disritmia dan mencegah agar
tidak menjadi disritmia yang makin mengancam jiwa. Istirahat selalu dianjurkan
kepada pasien sehingga kebutuhan O2 otot jantung dapat dikurangi.
Evaluasi tekanan darah, frekuensi dan dalamnya respirasi, denyut nadi dan
iramanya secara teratur.
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi
dimana obat saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan.
Terapi yang sering adalah kardioversi efektif, defibrilasi dan pacemaker.
2.5.1 Penatalaksanaan
a.
Pada sinus takikardia, pengobatan
ditujukan terhadap penyebabnya:
Hyperthyroid,
syok, dekompensasio kordis, anemia / factor psikis.
Terapy: Propanolol
-
Penekanan
bola mata / carrotis massage akan memperlambat frekuensi denyut jantung, tapi
bila tindakan ini dihentikan maka denyut jantung akan kembali pada keadaan
normal.
b.
Pada
takikardia atrium / Nodal Paroksismal
-
Penekanan
bola mata dan carotis massage akan cepat mengembalikan irama ke irama sinus,
tetapi kadang-kadang tidak berhasil.
Terapy:
§ Sedilanid / Digoksin: disuntikkan 2 ml / IV lambat-lambat (IM pada
infark miokard) sampai takikardia hilang.
§ Setelah kembali ke irama sinus, berikan tablet digoksin 2 x ½
tablet sebagai pemeliharaan. Bila tidak ada efek sedilanid / digoksin boleh
diulang sampai 4 jam sebanyak 1 ml.
§ Diazepam, antistin, klordiazepoksid.
§ Jika sedilanid / digoksin tidak berhasil, berikanlah kinidi sulfat
4 x 200 mg per – OS. Bila tidak ada efek, naikkan 400 mg setiap hari sampai
dosis maksimal 3 gram / hari.
§ Propanolol 4 x 10 mg per OS, dosis dapat dinaikkan 20 mg setiap
hari (maksimal 4 x 40 mg) sampai irama sinus tercapai.
§ D. C. Defitrilasi 50 “watt – second”. Bila belum berhasil dinaikkan
sampai dengan 200 – 400 W. S.
§ Difenil Hidantoin 250 mg IM.
c.
Pada
Takikardia Ventrikel
-
ECG
-
50 –
100 mg Lignokain / IV diikuti infuse Lignokain 500 – 1000 mg dalam 500 ml
glukosa 5% dengan kecepatan 1-2 mg / menit.
-
10
mg Diazepam / IV / Sodium Pentotal 100 –300 mg / IV hingga penderita tertidur
kamudian diikuti D. C Defibrilasi lebih dari 180 / ml langsung berikan D. C
Defibrilasi 50 – 200 – 400 W. S.
d.
Pada
Flutter atrium dengan tingkat blok yang tidak berubah.
-
Sedilanid
/ Digoksin 2 ml / IM boleh diulang setiap 4 jam sebanyak 1 cc.
-
Propanolol
Kinidin Sulfat / Difenil jika ada flutter atrium tetap lambat.
e.
Pada
Fibrilasi atrium
Pada pemeriksaan: Hipertyroid, Hipertensi, Koroner Insufisiensi.
Terapy:
§ Sedilanid / Digoksin 2 ml (0,4 mg) / IM
§ Kinidin Sulfat / Propanolol jika frekuensi sudah manjdi lambat.
§ Penderita datang dengan syok: D. C Defibrilasik 50 – 100 W. S.
§ Dosis pemeliharaan dengan 3 x 200 mg Kinidin Sulfat / Propanolol 4
x 10 mg per O. S.
f.
Pada
Flutter atrium dengan bermacam-macam blok.
-
Sedilanid
-
D.
C. Defibrilasi: adalah yang paling baik.
g.
Pada
sinus takikardia dengan beberapa macam “Flutter beat”
Terapy:
§ KCl 3 x 0,5 mg per O.S.
§ Pronestil, difenil hidantoin, propanolol dan sedilanid: jika
premature beat tidak hilang.
h.
Pada
sinus bradikardia
Terapy:
§ Atropin Sulfat 0,5 – 1 mg (IV / IM)
§ Infuse isopreanlin HCl
(isuprel) 0,5 x mg dalam 500 ml glukosa 5% (1 microgram per menit).
§ Osiprenalin Sulfat 4 x ½ tablet.
§ Tablet efedrin 4 x 12,5 mg.
§ Atrial pacing / ventricular pacing bila tidak berhasil dengan obat.
i.
Pada
Irama Nodus
-
Sulfat
Atropin
-
Infus
Isuprel
j.
Pada
blok jantung Parsiil tingkat II dengan blok yang menetap.
-
Atropin
sulfat 0,5 mg / IV / IM
-
Infuse
isoprenalin HCl 0,5 mg dalam 500 ml glukosa 5 %.
-
Kortikosteroid:
hidrokortison 100 mg tiap 4 jam / IV / Dexametason dosis tinggi 10 – 20 mg / IV
di ulangi 2 – 4 jam bila perlu.
-
Osiprenalin
/ Efedrin.
-
Bila
belum ada efek: Ventricular pacing.
k.
Pada
blok jantung total
-
Atropin
sulfat, isoprenalin HCl. Kortikosteroid, Osiprenalin / Efedrin
l.
Pada
sinus bradikardia dengan sinus aritmia yang nyata / ekstrasistol yang sering.
-
Pengobatan
seperti pada sinus bradikardia.
-
Kinidin
sulfat: untuk ekstrasistole atrium.
-
Pronestil
dan Difenil hidantoin: untuk ekstrasistole ventrikel.
-
Prokainamid:
untuk ekstrasistole ventrikel.
m.
Pada
blok jantung parsiil dengan “ Dropped Beats” yang sering / tingkat blok yang
rendah.
-
Atropinsulfat.
Isoprenaline, dan kortikosteroid.
n.
Pada
ekstrasistole yang sering
-
Kinidin
sulfat: ekstrasistole atrium.
-
Pronestil
/ Dilantin: ekstrasistelo ventrikel
-
Propanolol
rhythmoclin / prokainamid.
o.
Sinus
aritmia
-
Tidak
perlu pengobatan
p.
Fibrilasi
atrium yang dikontrol dengan glikosida.
-
Kinidin
sulfat, rythmochin, propanolol / D. C Defibrilasi.
q.
Blok
jantung pasiil dengan dropped beats.
-
Kortikosteroid,
Isoprenalin, Orsipenalin, Efedrin / Evntrikular pace maker.
r.
Fibrilasi
ventrikel.
-
Segera
lakukan “extracardiac massage” dan pernafasan buatan dengan oksigen melalui air
viva.
-
Lignokain
50 mg IV: jika gagal.
-
Lignoklain
drip 500 – 1000 mg dalam 500 ml glukosa 5 %: bila ada efek dengan D. C
defibrilasi lignokain.
-
Extracardiac
massage dan sodium bicarbonate 7,5% 50 ml IV: bila tidak ada efek.
-
D. C
Defibrilasi 200 – 400 W. S: bila
pemberian natrium bicarbonate tetap gagal.
-
Pronistil
500 mg IV atau Dilantin 250 mg IV: bila masih tidak berhasil.
-
Ventricular
pacing: bila tetap gagal.
s.
Cardiac
Standstiil
-
Pukul
sternum 1/3 bagian bawah, lakukan “external cardiac massage”. Pernafasan
buatan.
-
Isoprel
0,1 mg dalam 5 ml glukosa 5 % IV.
-
10
ml Kalsium Glukonat 10% IV.
-
Adrenalin
1/100 dalam 5 ml aqua IV atau intrakardial.
-
Sodium
bicarbonate 7,5% 50 ml IV.
-
Transthoraxic
intracardial pacing dengan demand pacemaker.
2.6. Macam-Macam
a.
Gangguan pembentukan rangsang jantung.
·
Gangguan jenis ini berupa aritmia sinus,
takikardia sinus, bradikardia sinus, dan sinus arrest.
·
Manifestasi gangguan ini adalah berupa
ekstrasistole sinus, takikardia atrial paroksismal, fibrilasi atrial, flutter atrial
dan atrifil ascape.
·
Pembentukan rangasang ektopik pada nodus
atrioventrikular, misalnya ekstrasistol nodal, takikardia, nodal paroksismal,
A-V node escape, dan takikardia idionodal.
·
Pembentukan rangsang ektopik pada ventrikel,
misalnya ekstrasistole ventrikuler, takikardia ventrikuler, takikardia
idioventrikuler, flutter ventricular, fibrilasi ventrikuler, parasistole
ventrikuler, dan ventrikuler escape.
b.
Ganggguan konduksi rangsang jantung.
Gangguan konduksi rangsang jantung dapat berupa
hambatan atau blockade terhadap aliran rangsang. Dikenal 2 jenis hambatan
konduksi, yaitu:
-
Blokade SA
-
Blokade AV, yang dibedakan lagi manjadi
blockade AV derajat 1, derajat 2, derajat 3.
a.
Gangguan pembentukan dan hambatan rangsang
jantung.
Gangguan irama jantung yang disebabkan karena
gangguan pembentukan dan hantaran rangsang yang terjadi bersamaan, merupakan
kombinasi dari akibat kedua mekanisme gangguan tersebut di atas.
2.7. Prognosis dan Komplikasi
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah
penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak (lemak , kolesterol dan
buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan menyumbat pasokan darah kesel-selotot.
Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Bilaterjadi pada dinding arteri
jantung, maka disebut penyakit jantung koroner atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis dimulai
dari adanya lesi dan retakan pada dinding pembuluh darah, terutama karena adanya
tekanan kuat pada pembuluh jantung. Pada tahap berikutnya, tubuhb erusaha memulihkan
diri dengan menempatkan zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan.
Lambat laun, karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak
itu bisa menutup pembuluh jantung.
b. Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada
arteri koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan
atau kematian mendadak.
c. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kerusakan atau gangguan otot jantung sehingga
menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa
darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena arritmia dan gagal jantung
mendadak.
d. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
e. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara
efektif keseluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja,
namun karena tidak memompa sekuat yang
seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh
lainnya.
f. Fibrilasi Atrial
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listrik jantung yang
mengganggu atrial. Gangguan impuls listrik
ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan dan memompa darah secara
tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju
keserambi (ventrikel).Fibrilasi atrial biasanya terkait dengan banyak gangguan jantung
lainnya, termasuk kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll.
g. InflamasiJantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis),
selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis).
Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
h. KelainanKatupJantung
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain
karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna
(prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi
dan efeksamping pengobatan.
2.8. Konsep Askep
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya
mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi
pasien baik fisik,
mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan
penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
1) Pengumpulan
data
Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek
fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut
harus akurat dan mudah di analisis.
Jenis data antara
lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya
suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala
pusing,nyeri,dan mual. Adapun focus dalam
pengumpulan data meliputi
a) Status
kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola
koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi
status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan
keperawatan
e) Resiko
untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa
data
Analisa data adalah
kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
3) Perumusan
masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan
tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting
dan segera. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan
harus segera
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah
atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan
keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah
dan merubah (Carpenito,2000).Perumusan
diagnosa keperawatan :
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai
dengan dataklinik yang ditemukan.
2) Resiko:
menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jikatidak di
lakukan intervensi.
3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan
individu,keluarga,atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi
yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang
berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien
jangka panjang(potter,1997)
d. Implementasi
keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan
ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
erencanaan.
Tahap 2 :
intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan
dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan
: independen,dependen,dan
interdependen.
Tahap 3 :
dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat
criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan
sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut
1) Proses
asuhan keperawatan, berdasarkan
criteria/ rencana yang telah disusun.
2) Hasil tindakan
keperawatan ,berdasarkan criteria
keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai
dengan criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab
dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak
tercapai, apabila pasien tidak
menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat
perlu untuk mengkaji
secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Nyonya W 55 tahun datang ke poli jantung dengan keluhan dada sering
berdebar-debar, cepat lelah saat beraktifitas, mempunyai riwayat hipertensi,
sebelum diobati TD 160/100 mmHg. Dari hasil pengkajian fisik didapatkan TD
130/90 mmHg, nadi 120 kali/menit, CRT > 2 detik, akral teraba dingin.
Berdasarkan masalah diatas bagaimana konsep medisnya? (definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi) Bagaimana askepnya? (pengkajian sampai dengan
intervensi)
1.
Fokus
Pengkajian Keperawatan
a.
Anamnesa
1.
Keluhan
utama (dada sering berdebar-debar dan cepat
lelah)
2.
Alasan
masuk rumah sakit.
3.
Riwayat
penyakit sekarang (pasien masuk rumah sakit karena merasa jantungnya sering
berdebar-debar. Saat pasien masuk rumah sakit, pasien tampak memegangi daerah
dadanya dan pasien dirujuk ke rumah sakit pada tanggal 14 Sepetember 2012
kemudian masuk pada poli jantung untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut).
4.
Riwayat
penyakit dahulu (pernah menderita hipertensi)
5.
Riwayat
penyakit keluarga (keluarga px tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM)
b.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Observasi
tanda-tanda pengurangan curah jantung.
2.
Observasi
kulit yang dapat tampak pucat dan dingin.
3.
Observasi
tanda-tanda retensi cairan, seperti distensi vena leher dari krekel serta
wheezing di dada.
4.
Kaji
denyut jantung untuk menghitung frekuensi dan irama.
5.
Jantung
diauskultasi apakah adanya suara tambahan.
6.
Mengukur
tekanan darah dan nadi.
c.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
EKG
menunjukkan
pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
2.
Monitor
Holter
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat anti disritmia.
3.
Foto
dada
dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung.
4.
Skan
pencitraan miokardial
dapat menunjukkan area iskemik, kerusakan miokard.
5.
Tes
stres latihan
dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
6.
Elektrolit
peningkatan / penurunan kalium, kalsium dan magnesium.
7.
Pemeriksaan
obat
dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat.
8.
Pemerisaan
tiroid
peningkatan / penurunan kadar tiroid serum.
9.
Laju
sedimentasi
peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut / aktif.
10.
GDA
/ nadi oksimetri
hipoksemia dapat menyebabkan disritmia.
2.
Analisa
Data
a.
Rumusan
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrikal ditandai dengan:
Ds=“px
mengatakan dada saya sering berdebar-debar dan cepat lelah”
Do= px
tampak gelisah ,TD: 130/90 mmHg
nadi=120,
2.
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output
ditandai dengan:
Ds=“px
mengatakan saya cepat lelah saat beraktivitas”
Do=
k/u lemah, px tampak lesu, ,CRT>2detik, akral terasa dingin
b.
Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akibat ketidaktahuan ditandai
dengan:
Ds:”px
mengatakan saya merasa takut akan kondisi saya”
Do:
K/u lemah, px tampak gelisa, ketakutan .
c.
Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1.
Mencegah
/ mengobati disritmia yang mengancam hidup.
2.
Mendukung
pasien / orang terdekat dalam menerima kecemasan.
3.
Membantu
mengidentifikasi penyebab / faktor pencetus.
4.
Mengkaji
informasi sehubungan dengan kondisi / prognosis / program pengobatan.
3.
Nursing
Care Plans
a.
Tujuan
Umum dan Khusus (Kriteria Hasil)
Tujuan umum meliputi :
1.
Kecemasan
menurun / teratasi.
2.
Bebas
dari disritmia dan memahami penatalaksanaannya.
3.
Tidak
adanya komplikasi potensial pada pasien.
Tujuan khusus (kriteria hasil)
1.
Menunjukkan
penurunan frekuensi / tidak adanya disritmia.
2.
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokard.
3.
Menyatakan
tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping merugikan dari obat.
b.
Rencana
Intervensi dan Rasional
Diagnosa 1 : Risiko tinggi penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.
Intervensi :
1.
Raba
nadi, catat frekuensi, keteraturan, amplitudo (penuh / kuat dan simetris)
R/ mengetahui perbedaan frekuensi, kesamaan dan
keteraturan nadi.
2.
Tentukan
tipe disritmia dan catat irama.
R/ berguna dalam menentukan kebutuhan / tipe
intervensi.
3.
Berikan
lingkungan tenang.
R/ untuk menurunkan rangsang dan penghilangan
stres akibat katekolamin.
4.
Dorong
pasien untuk penggunaan perilaku pengaturan stres, contoh teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi, nafas lambat / dalam.
R/ membantu pasien untuk mengeluarkan rasa
kontrol dalam situasi penuh stres.
5.
Kaji
nyeri dada, catat lokasi, lama, intensitas dan faktor penghilang / pemberat.
R/ untuk mengetahui sebab nyeri.
6.
Kolaborasi
: pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
R/ untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
- Berikan anti disritmia sesuai indikasi.
R/ meningkatkan kerja potensial, durasi, dan
periode refraktori.
Diagnosa 2 : Penurunan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Intervensi :
1.
Lihat
: pucat, sianosis, belang, kulit dingin / lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
R/ vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
penurunan curah jantung, mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
2.
Dorong
latihan kaki aktif / pasif. Hindari latihan isometrik.
R/ menurunkan statis vena, meningkatkan aliran
balik vena dan menurunkan risiko tromboflebitis pada pasien yang terbatas
aktivitasnya.
3.
Pantau
pernafasan, catat kerja pernafasan.
R/ pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres
pernafasan.
4.
Pantau
data laboratorium, contoh GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.
R/ indikator perfusi / fungsi organ.
Diagnosa 3 : Kecemasan berhubungan
dengan ketakutan akibat ketidaktahuan.
Intervensi :
1.
Pantau
respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
R/ membantu menentukan derajat cemas sesuai
status jantung.
2.
Berikan
tindakan kenyamanan, contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi.
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
kemampuan koping.
3.
Berikan
waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi.
R/ menurunkan kelemahan dan meningkatkan energi.
4.
Libatkan
pasien / orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi pada
rencana pengobatan.
R/ akan membantu memfokuskan perhatian pasien dan
memberikan rasa kontrol.
Evaluasi :
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan
klien distritmia/aritmia meliputi hal-hal berikut :
1.
Menunjukkan peningkatan curah jantung
·
Tanda-tanda vital kembali normal
2.
Terhindar dari resiko penurunan prfusi
perifer.
3.
Terpenuhinya aktifitas sehari-hari.
4.
Menunjukkan penurunan kecemasan
·
Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
·
Mematuhi semua aturan medis.
·
Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis
bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan
frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran
jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia adalah perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrikal abnormal atau
otomatis.
3.2.Saran
Alhamdulillah,
makalah ini telah dapat kami selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Tapi
kami merasa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.
3.3.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif.
2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif.
2009. Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
dan Hematologi. Jakarta: Salemba.
terimakasih banyak untuk informasinya, sangat bermanfaat
BalasHapushttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-jantung-rematik/