Senin, 01 Oktober 2012

Aritmia / Disaritmia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berdasarkan laporan kesehatan dunia tahun 1997, diperkirakan tren penyakit akan bergeser ke arah penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit kardiovaskular dengan angka kematian mencapai 30% dari seluruh kematian didunia sekaligus penyebab tersering kematian di dunia saat ini. Pergeseran tren penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif juga terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil SKRT tahun 1995, 2001 dan 2004. Salah satu dari masalah kardiovaskuler yang muncul adalah gagal jantung. Gagal jantung, terutama Gagal Jantung Akut (GJA), merupakan masalah yang sedang berkembang dan melibatkan lebih dari 20 juta individu di seluruh dunia. Keseluruhan prevalensi gagal jantung pada populasi dewasa di negara maju mencapai 2%, yang mengikuti pola eksponensial, meningkat seiring dengan usia, dan mempengaruhi 6-10% individu lebih dari 65 tahun. Meskipun insiden relatif gagal jantung lebih rendah pada wanita dibanding pria, namun wanita mendapat paling tidak setengah dari kasus gagal jantung karena angka harapan hidup wanita lebih panjang.
Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada Survei Kesehatan Nasional (SurKerNas) 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian uama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada diurutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia.
Selain gagal jantung, mortalitas dari penyakit kardiovaskuler juga banyak disebabkan oleh aritmia. Aritmia memiliki insidens yang tinggi sebagai penyebab kematian mendadak (sudden death) pada populasi berumur 40-50 tahun di negara maju. Tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2001, 450.000 meninggal karena aritmia. Hubungan antara gagal jantung dengan aritmia masih kontroversial. Salah satu penelitan mengatakan gagal jantung sendiri dapat menjadi faktor determinan penting dalam meningkatkan risiko kematian mendadak (sudden death) akibat aritmia di luar rumah sakit. Studi di Madrid menyebutkan aritmia meningkatkan angka mortalitas di rumah sakit pada pasien gagal jantung akut. Penelitian lain menyimpulkan hal yang berlawanan, di mana pengendalian aritmia pada pasien gagal jantung tidak menurunkan mortalitas secara bermakna. Selain itu, hasil penelitian di Norwegia menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aritmia dengan peningkatan angka mortalitas pada pasien gagal jantung. Mortalitas pasien gagal jantung di rumah sakit juga dikatakan lebih dipengaruhi oleh kelas dari gagal jantung, bukan dari aritmia.

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana Askep pada pasien dengan gangguan Distritmia/Aritmia?
1.3.Tujuan
1.3.1.1.Tujuan Umum: agar mahasiswa keperawatan yang sebagai calon perawat dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis disritmia/Aritmia.
1.3.1.2.Tujuan Khusus :
·         Mengetahui konsep penyakit (definisi)
·         Mengetahui etiologi
·         Mengetahui manifestasi klinis
·         Mengetahui petofisiologi
·         Mengetahui pemeriksaan klinis
·         Mengetaui penatalaksaan
·         Mengetahui prognosis dan klomplikasi
·         Mengetahui konsep Askep
·         Dapat menganalisa dari kasus


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DISRITMIA
2.1. Pengertian
Disritmia/aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.
Aritmia merupakan abnormalias kecepatan jantung (ritmi). Aritmia merupakan gangguan daya atau konduksi impuls listrik di dalam jantung.

2.2. Etiologi
         Disritmia dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat aktivitas normal seperti latihan atau kondisi patologis seperti infark miokard yang dapat meningkatkan ekstabilitas.
        Sebab – Sebab  Aritmia Jantung
-          Pemakaian obat – obatan antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
-          Alkohol yang berlebihan        
-          Kadar hormon tiroid yang berlebihan
-          Tingkat oksigen darah yang rendah
-          Stress
-          Merokok
-          Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
-          Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
-          Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
-          Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
-          Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
-          Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
-          Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
-          Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
-          Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)


2.3. Manistefasi Klinis
-       Pusing.
-       Kelelahan.
-       Nyeri dada.
-       Berdebar-debar.
-       Demam.
-       Batuk.
-       Nafas pendek.
-       Anoreksia.

2.4. Patofisiologi
Disritmia diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu infark miokard. Infark miokard menyebabkan kurang efektifnya otot jantung untuk memompakan darahnya, kemudian mengakibatkan penurunan cardiak output. Penurunan cardiak output ini mengakibatkan penurunan perfusi jaringan yang ditandai dengan kulit dingin, pucat, cianosis, nadi dan respiratori rate (RR) menjadi meningkat. Selain itu, penurunan perfusi jaringan juga mengakibatkan penurunan kontruksi jantung. Penurunan kontruksi jantung menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah juga akan menurun, kemudian menyebabkan penurunan tekanan darah, akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung dan mengakibatkan gangguan transmisi impuls dan akan mengakibatkan disritmia.
Gangguan irama jantung (aritmia) merupakan jenis komplikasi yang paling serign terjadi pada infark miokardium di mana insidennya sekitar 90 %.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan ini bermanifestasi dengan perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman grafik aktifitas listrik sel. Misalnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan depolarisasi spontan, dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Secara klinis, diagnosis aritmia berdasarkan pada interpretasi elektrokardiogram. Kecepatan denyut jantung normal berkisar antara 60 – 100 denyutan/menit (DPM).
Kecepatan denyut jantung di bawah 60 DPM dinamakan bradikardia, sedangkan takikardia manyatakan kecepatan denyut jantung lebih dari 100 DPM. Kedua kelainan kecepatan denyut jantung ini dapat mempengaruhi fungsi jantung. Karena kecepatan denyut jantung merupakan penentu utama dari curah jantung (curah jantung = frekuensi denyut jantung x curah sekuncup), maka pengurangan/peningkatan berlebih pada kecepatan denyut jantung dapat mengurangi curah jantung.
Takikardia mengurangi curah jantung dengan memendekkan waktu pengisian ventrikel dan curah sekuncup, dan bradikardia mengurangi curah jantung dengan mengurangi frekuensi ejeksi ventrikel. Karena curah jatnung turun, tekanan arteria dan perfusi perifer berkurang. Lagipula takikardia dapat memperberat iskemia dengan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium, sementara juga mengurangi lama waktu diastolic, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar, dan dengan demikian mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.



2.5. Penatalaksanaan Medis
      Curah jantung dapat dijaga dengan mengontrol episode disritmia. Pemberian pengobatan ditangani secara cermat sehingga kadar darah serum konstan dapat dipertahankan sepanjang waktu. Pada pasien rawat inap dengan disritmia yang mengancam, strip irama harus sering dianalisa untuk mengetahui adanya disritmia dan mencegah agar tidak menjadi disritmia yang makin mengancam jiwa. Istirahat selalu dianjurkan kepada pasien sehingga kebutuhan O2 otot jantung dapat dikurangi. Evaluasi tekanan darah, frekuensi dan dalamnya respirasi, denyut nadi dan iramanya secara teratur.
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang sering adalah kardioversi efektif, defibrilasi dan pacemaker.
2.5.1 Penatalaksanaan
a.             Pada sinus takikardia, pengobatan ditujukan terhadap penyebabnya:
Hyperthyroid, syok, dekompensasio kordis, anemia / factor psikis.
Terapy: Propanolol
-          Penekanan bola mata / carrotis massage akan memperlambat frekuensi denyut jantung, tapi bila tindakan ini dihentikan maka denyut jantung akan kembali pada keadaan normal.
b.      Pada takikardia atrium / Nodal Paroksismal
-          Penekanan bola mata dan carotis massage akan cepat mengembalikan irama ke irama sinus, tetapi kadang-kadang tidak berhasil.
Terapy:
§  Sedilanid / Digoksin: disuntikkan 2 ml / IV lambat-lambat (IM pada infark miokard) sampai takikardia hilang.
§  Setelah kembali ke irama sinus, berikan tablet digoksin 2 x ½ tablet sebagai pemeliharaan. Bila tidak ada efek sedilanid / digoksin boleh diulang sampai 4 jam sebanyak 1 ml.
§  Diazepam, antistin, klordiazepoksid.
§  Jika sedilanid / digoksin tidak berhasil, berikanlah kinidi sulfat 4 x 200 mg per – OS. Bila tidak ada efek, naikkan 400 mg setiap hari sampai dosis maksimal 3 gram / hari.
§  Propanolol 4 x 10 mg per OS, dosis dapat dinaikkan 20 mg setiap hari (maksimal 4 x 40 mg) sampai irama sinus tercapai.
§  D. C. Defitrilasi 50 “watt – second”. Bila belum berhasil dinaikkan sampai dengan 200 – 400 W. S.
§  Difenil Hidantoin 250 mg IM.
c.       Pada Takikardia Ventrikel
-          ECG
-          50 – 100 mg Lignokain / IV diikuti infuse Lignokain 500 – 1000 mg dalam 500 ml glukosa 5% dengan kecepatan 1-2 mg / menit.
-          10 mg Diazepam / IV / Sodium Pentotal 100 –300 mg / IV hingga penderita tertidur kamudian diikuti D. C Defibrilasi lebih dari 180 / ml langsung berikan D. C Defibrilasi 50 – 200 – 400 W. S.
d.      Pada Flutter atrium dengan tingkat blok yang tidak berubah.
-          Sedilanid / Digoksin 2 ml / IM boleh diulang setiap 4 jam sebanyak 1 cc.
-          Propanolol Kinidin Sulfat / Difenil jika ada flutter atrium tetap lambat.
e.       Pada Fibrilasi atrium
Pada pemeriksaan: Hipertyroid, Hipertensi, Koroner Insufisiensi.
Terapy:
§  Sedilanid / Digoksin 2 ml (0,4 mg) / IM
§  Kinidin Sulfat / Propanolol jika frekuensi sudah manjdi lambat.
§  Penderita datang dengan syok: D. C Defibrilasik 50 – 100 W. S.
§  Dosis pemeliharaan dengan 3 x 200 mg Kinidin Sulfat / Propanolol 4 x 10 mg per O. S.
f.       Pada Flutter atrium dengan bermacam-macam blok.
-          Sedilanid
-          D. C. Defibrilasi: adalah yang paling baik.
g.      Pada sinus takikardia dengan beberapa macam “Flutter beat”
Terapy:
§  KCl 3 x 0,5 mg per O.S.
§  Pronestil, difenil hidantoin, propanolol dan sedilanid: jika premature beat tidak hilang.
h.      Pada sinus bradikardia
Terapy:
§  Atropin Sulfat 0,5 – 1 mg (IV / IM)
§  Infuse isopreanlin  HCl (isuprel) 0,5 x mg dalam 500 ml glukosa 5% (1 microgram per menit).
§  Osiprenalin Sulfat 4 x ½ tablet.
§  Tablet efedrin 4 x 12,5 mg.
§  Atrial pacing / ventricular pacing bila tidak berhasil dengan obat.
i.        Pada Irama Nodus
-          Sulfat Atropin
-          Infus Isuprel
j.        Pada blok jantung Parsiil tingkat II dengan blok yang menetap.
-          Atropin sulfat 0,5 mg / IV / IM
-          Infuse isoprenalin HCl 0,5 mg dalam 500 ml glukosa 5 %.
-          Kortikosteroid: hidrokortison 100 mg tiap 4 jam / IV / Dexametason dosis tinggi 10 – 20 mg / IV di ulangi 2 – 4 jam bila perlu.
-          Osiprenalin / Efedrin.
-          Bila belum ada efek: Ventricular pacing.
k.      Pada blok jantung total
-          Atropin sulfat, isoprenalin HCl. Kortikosteroid, Osiprenalin / Efedrin
l.        Pada sinus bradikardia dengan sinus aritmia yang nyata / ekstrasistol yang sering.
-          Pengobatan seperti pada sinus bradikardia.
-          Kinidin sulfat: untuk ekstrasistole atrium.
-          Pronestil dan Difenil hidantoin: untuk ekstrasistole ventrikel.
-          Prokainamid: untuk ekstrasistole ventrikel.
m.    Pada blok jantung parsiil dengan “ Dropped Beats” yang sering / tingkat blok yang rendah.
-          Atropinsulfat. Isoprenaline, dan kortikosteroid.
n.      Pada ekstrasistole yang sering
-          Kinidin sulfat: ekstrasistole atrium.
-          Pronestil / Dilantin: ekstrasistelo ventrikel
-          Propanolol rhythmoclin / prokainamid.
o.      Sinus aritmia
-          Tidak perlu pengobatan
p.      Fibrilasi atrium yang dikontrol dengan glikosida.
-          Kinidin sulfat, rythmochin, propanolol / D. C Defibrilasi.
q.      Blok jantung pasiil dengan dropped beats.
-          Kortikosteroid, Isoprenalin, Orsipenalin, Efedrin / Evntrikular pace maker.
r.        Fibrilasi ventrikel.
-          Segera lakukan “extracardiac massage” dan pernafasan buatan dengan oksigen melalui air viva.
-          Lignokain 50 mg IV: jika gagal.
-          Lignoklain drip 500 – 1000 mg dalam 500 ml glukosa 5 %: bila ada efek dengan D. C defibrilasi lignokain.
-          Extracardiac massage dan sodium bicarbonate 7,5% 50 ml IV: bila tidak ada efek.
-          D. C Defibrilasi 200 –  400 W. S: bila pemberian natrium bicarbonate tetap gagal.
-          Pronistil 500 mg IV atau Dilantin 250 mg IV: bila masih tidak berhasil.
-          Ventricular pacing: bila tetap gagal.
s.       Cardiac Standstiil
-          Pukul sternum 1/3 bagian bawah, lakukan “external cardiac massage”. Pernafasan buatan.
-          Isoprel 0,1 mg dalam 5 ml glukosa 5 % IV.
-          10 ml Kalsium Glukonat 10% IV.
-          Adrenalin 1/100 dalam 5 ml aqua IV atau intrakardial.
-          Sodium bicarbonate 7,5% 50 ml IV.
-          Transthoraxic intracardial pacing dengan demand pacemaker.

2.6. Macam-Macam
a.       Gangguan pembentukan rangsang jantung.
·         Gangguan jenis ini berupa aritmia sinus, takikardia sinus, bradikardia sinus, dan sinus arrest.
·         Manifestasi gangguan ini adalah berupa ekstrasistole sinus, takikardia atrial paroksismal, fibrilasi atrial, flutter atrial dan atrifil ascape.
·         Pembentukan rangasang ektopik pada nodus atrioventrikular, misalnya ekstrasistol nodal, takikardia, nodal paroksismal, A-V node escape, dan takikardia idionodal.
·         Pembentukan rangsang ektopik pada ventrikel, misalnya ekstrasistole ventrikuler, takikardia ventrikuler, takikardia idioventrikuler, flutter ventricular, fibrilasi ventrikuler, parasistole ventrikuler, dan ventrikuler escape.
b.      Ganggguan konduksi rangsang jantung.
Gangguan konduksi rangsang jantung dapat berupa hambatan atau blockade terhadap aliran rangsang. Dikenal 2 jenis hambatan konduksi, yaitu:
-          Blokade SA
-          Blokade AV, yang dibedakan lagi manjadi blockade AV derajat 1, derajat 2, derajat 3.
a.       Gangguan pembentukan dan hambatan rangsang jantung.
Gangguan irama jantung yang disebabkan karena gangguan pembentukan dan hantaran rangsang yang terjadi bersamaan, merupakan kombinasi dari akibat kedua mekanisme gangguan tersebut di atas.

           
2.7. Prognosis dan Komplikasi
a.       Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak (lemak , kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan menyumbat pasokan darah kesel-selotot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Bilaterjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung koroner atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung. Pada tahap berikutnya, tubuhb erusaha memulihkan diri dengan menempatkan zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun, karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa menutup pembuluh jantung.
b.      Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah  kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan atau kematian mendadak.
c.       Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah  kerusakan atau gangguan otot jantung sehingga menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena arritmia dan gagal jantung mendadak.
d.      Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
e.        Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif keseluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja,   namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
f.       Fibrilasi Atrial
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listrik jantung yang mengganggu atrial. Gangguan  impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju keserambi (ventrikel).Fibrilasi atrial biasanya terkait dengan banyak gangguan jantung lainnya, termasuk kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll.
g.      InflamasiJantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
h.      KelainanKatupJantung
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efeksamping pengobatan.

2.8. Konsep Askep
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara  lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual. Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan dataklinik yang ditemukan.
2) Resiko:  menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jikatidak di lakukan intervensi.

3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan  yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)
d. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan  pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 :  persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap erencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut
1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai  secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nyonya W 55 tahun datang ke poli jantung dengan keluhan dada sering berdebar-debar, cepat lelah saat beraktifitas, mempunyai riwayat hipertensi, sebelum diobati TD 160/100 mmHg. Dari hasil pengkajian fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, nadi 120 kali/menit, CRT > 2 detik, akral teraba dingin.
Berdasarkan masalah diatas bagaimana konsep medisnya? (definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi) Bagaimana askepnya? (pengkajian sampai dengan intervensi)

1.      Fokus Pengkajian Keperawatan
a.       Anamnesa
1.      Keluhan utama (dada sering berdebar-debar dan cepat lelah)
2.      Alasan masuk rumah sakit.
3.      Riwayat penyakit sekarang (pasien masuk rumah sakit karena merasa jantungnya sering berdebar-debar. Saat pasien masuk rumah sakit, pasien tampak memegangi daerah dadanya dan pasien dirujuk ke rumah sakit pada tanggal 14 Sepetember 2012 kemudian masuk pada poli jantung untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut).
4.      Riwayat penyakit dahulu (pernah menderita hipertensi)
5.      Riwayat penyakit keluarga (keluarga px tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM)
b.      Pemeriksaan Fisik
1.      Observasi tanda-tanda pengurangan curah jantung.
2.      Observasi kulit yang dapat tampak pucat dan dingin.
3.      Observasi tanda-tanda retensi cairan, seperti distensi vena leher dari krekel serta wheezing di dada.
4.      Kaji denyut jantung untuk menghitung frekuensi dan irama.
5.      Jantung diauskultasi apakah adanya suara tambahan.
6.      Mengukur tekanan darah dan nadi.


c.       Pemeriksaan Diagnostik
1.      EKG
menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
2.      Monitor Holter
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat anti disritmia.
3.      Foto dada
dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung.
4.      Skan pencitraan miokardial
dapat menunjukkan area iskemik, kerusakan miokard.
5.      Tes stres latihan
dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6.      Elektrolit
peningkatan / penurunan kalium, kalsium dan magnesium.
7.      Pemeriksaan obat
dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat.
8.      Pemerisaan tiroid
peningkatan / penurunan kadar tiroid serum.
9.      Laju sedimentasi
peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut / aktif.
10.  GDA / nadi oksimetri
hipoksemia dapat menyebabkan disritmia.
2.      Analisa Data
a.       Rumusan Diagnosa Keperawatan
1.      Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal ditandai dengan:
      Ds=“px mengatakan dada saya sering berdebar-debar dan cepat lelah”
Do= px tampak gelisah ,TD: 130/90 mmHg
        nadi=120,
2.      Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output ditandai dengan:
      Ds=“px mengatakan saya cepat lelah saat beraktivitas”
      Do= k/u lemah, px tampak lesu, ,CRT>2detik, akral terasa dingin
b.      Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akibat ketidaktahuan ditandai dengan:
            Ds:”px mengatakan saya merasa takut akan kondisi saya”
            Do: K/u lemah, px tampak gelisa, ketakutan .
c.       Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.      Mencegah / mengobati disritmia yang mengancam hidup.
2.      Mendukung pasien / orang terdekat dalam menerima kecemasan.
3.      Membantu mengidentifikasi penyebab / faktor pencetus.
4.      Mengkaji informasi sehubungan dengan kondisi / prognosis / program pengobatan.
3.      Nursing Care Plans
a.       Tujuan Umum dan Khusus (Kriteria Hasil)
Tujuan umum meliputi :
1.      Kecemasan menurun / teratasi.
2.      Bebas dari disritmia dan memahami penatalaksanaannya.
3.      Tidak adanya komplikasi potensial pada pasien.
Tujuan khusus (kriteria hasil)
1.      Menunjukkan penurunan frekuensi / tidak adanya disritmia.
2.      Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokard.
3.      Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping merugikan dari obat.
b.      Rencana Intervensi dan Rasional
Diagnosa 1  :  Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
Intervensi :
1.      Raba nadi, catat frekuensi, keteraturan, amplitudo (penuh / kuat dan simetris)
R/  mengetahui perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi.
2.      Tentukan tipe disritmia dan catat irama.
R/  berguna dalam menentukan kebutuhan / tipe intervensi.
3.      Berikan lingkungan tenang.
R/  untuk menurunkan rangsang dan penghilangan stres akibat katekolamin.
4.      Dorong pasien untuk penggunaan perilaku pengaturan stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, nafas lambat / dalam.
R/  membantu pasien untuk mengeluarkan rasa kontrol dalam situasi penuh stres.
5.      Kaji nyeri dada, catat lokasi, lama, intensitas dan faktor penghilang / pemberat.
R/  untuk mengetahui sebab nyeri.
6.      Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
R/  untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
-   Berikan anti disritmia sesuai indikasi.
R/  meningkatkan kerja potensial, durasi, dan periode refraktori.
Diagnosa 2  :  Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Intervensi :
1.      Lihat : pucat, sianosis, belang, kulit dingin / lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
R/  vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung, mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2.      Dorong latihan kaki aktif / pasif. Hindari latihan isometrik.
R/  menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan risiko tromboflebitis pada pasien yang terbatas aktivitasnya.
3.      Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan.
R/  pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
4.      Pantau data laboratorium, contoh GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.
R/  indikator perfusi / fungsi organ.
Diagnosa 3  :  Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akibat ketidaktahuan.
Intervensi :
1.      Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
R/  membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung.
2.      Berikan tindakan kenyamanan, contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi.
R/  meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
3.      Berikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi.
R/  menurunkan kelemahan dan meningkatkan energi.
4.      Libatkan pasien / orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi pada rencana pengobatan.
R/  akan membantu memfokuskan perhatian pasien dan memberikan rasa kontrol.
Evaluasi :
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan klien distritmia/aritmia meliputi hal-hal berikut :
1.      Menunjukkan peningkatan curah jantung
·         Tanda-tanda vital kembali normal
2.      Terhindar dari resiko penurunan prfusi perifer.
3.      Terpenuhinya aktifitas sehari-hari.
4.      Menunjukkan penurunan kecemasan
·         Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
·         Mematuhi semua aturan medis.
·         Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.


BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.
3.2.Saran
Alhamdulillah, makalah ini telah dapat kami selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Tapi kami merasa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan- kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

3.3. 
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba.



1 komentar:

  1. terimakasih banyak untuk informasinya, sangat bermanfaat

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-jantung-rematik/

    BalasHapus